Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, cerita tentang tuyul bukan lagi sekadar dongeng pengantar tidur. Makhluk mitologi kerdil berkepala gundul ini dipercaya gemar mencuri uang, terutama di rumah-rumah warga. Tapi, satu pertanyaan yang sering muncul adalah: kenapa tuyul seolah ‘alergi’ dengan bank? Padahal, jelas-jelas di sanalah pusat uang berkumpul. Mari kita bedah misteri ini lebih dalam.
Tuyul, menurut kepercayaan yang berkembang, merupakan makhluk halus yang dipekerjakan oleh manusia dengan tujuan memperkaya diri. Ia digambarkan sebagai sosok anak kecil berkepala plontos, kerap mengenakan kain putih untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Konon, tuyul bekerja berdasarkan perintah majikannya, menyatroni rumah-rumah untuk mencuri uang, perhiasan, bahkan surat berharga.
Tapi, kenapa bank yang notabene gudangnya uang, justru aman dari aksi tuyul? Teori yang paling umum beredar adalah karena tuyul takut pada logam. Bank, seperti yang kita tahu, menyimpan uang dalam brankas besar yang terbuat dari baja atau logam kuat lainnya. Bahan ini diyakini menjadi semacam ‘benteng’ yang menghalangi tuyul untuk masuk dan mengambil uang.
Also Read
Namun, ada perspektif lain yang juga menarik untuk disimak. Beberapa orang percaya bahwa bank dilindungi oleh entitas spiritual lain yang lebih kuat dari tuyul. Bisa jadi, para ‘penjaga’ ini yang membuat tuyul merasa ciut nyali dan enggan mendekat. Ini seperti sistem hierarki dalam dunia gaib, di mana makhluk yang lebih kuat akan mendominasi.
Selain dua alasan di atas, kita juga bisa melihat dari sisi ‘logika’ tuyul sendiri. Mungkin saja, tuyul lebih memilih rumah-rumah warga karena beberapa alasan:
- Target yang Lebih Mudah: Dibandingkan harus menembus sistem keamanan bank yang berlapis-lapis, rumah warga mungkin dianggap target yang lebih mudah dan cepat.
- Pesanan Khusus: Konon, tuyul bergerak berdasarkan pesanan dari majikannya. Mungkin saja, majikan tuyul memang tidak menginginkan uang dari bank, tapi dari rumah-rumah tertentu saja.
- Efek "Rumah Kosong": Rumah dengan sedikit penjagaan, tanpa alarm atau sistem keamanan yang rumit, mungkin lebih menarik bagi tuyul.
Menariknya, kepercayaan tentang tuyul dan ‘ketakutannya’ pada bank ini juga bisa kita lihat sebagai simbol dari ketidakpercayaan masyarakat pada sistem keuangan formal. Meski mitos, cerita tuyul seolah menggambarkan kecemasan orang terhadap kehilangan harta benda.
Jadi, apakah benar tuyul takut logam atau ada ‘penjaga’ yang lebih sakti di bank? Jawabannya mungkin akan tetap menjadi misteri. Yang jelas, cerita ini menjadi salah satu bagian dari kekayaan budaya dan mitos Indonesia yang terus hidup dan diceritakan dari generasi ke generasi. Terlepas dari benar atau tidaknya, cerita ini memberikan kita pandangan lain mengenai bagaimana masyarakat melihat dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.