Film Barbie memang tak hanya menghadirkan visual yang memanjakan mata, tapi juga soundtrack yang menusuk kalbu. Salah satunya adalah "What Was I Made For?" yang dinyanyikan Billie Eilish dan Finneas O’Connell. Lagu ini, yang memenangkan Grammy Awards 2024 untuk kategori Song of The Year, tak hanya sekadar iringan film, tapi juga cerminan kegelisahan eksistensial yang bisa jadi dirasakan banyak orang.
Lirik lagu ini memang sederhana, namun sarat makna. Penggalan "I used to float, now I just fall down" menggambarkan perasaan kehilangan arah, seperti terhempas dari ketinggian setelah sebelumnya merasa begitu bersemangat dan penuh harapan. Pertanyaan "What was I made for?" yang diulang-ulang bagai mantra, menyiratkan kebingungan dan pencarian jati diri.
Billie Eilish, yang dikenal dengan gaya musiknya yang khas, mampu menghadirkan nuansa melankolis dalam lagu ini. Nada yang lambat dan vokal yang penuh perasaan membuat pendengar ikut merasakan kegalauan yang mendalam. Bukan hanya tentang Barbie, lagu ini bisa jadi refleksi bagi siapa saja yang pernah merasa kehilangan tujuan, merasa tidak berharga, atau mempertanyakan makna hidup.
Also Read
Lebih dari Sekadar Lagu Film
"What Was I Made For?" bukan hanya sekadar lagu pengiring adegan galau Barbie. Lagu ini menawarkan perspektif yang lebih luas tentang perjalanan hidup. Liriknya menyentuh sisi rapuh manusia, tentang bagaimana kita kadang merasa bingung, kehilangan pegangan, dan mempertanyakan eksistensi diri. Penggalan lirik "I think I forgot, how to be happy" adalah pengakuan jujur tentang bagaimana beban hidup dapat menggerogoti kebahagiaan yang pernah kita miliki.
Lagu ini mengajarkan kita bahwa merasa tersesat adalah bagian dari perjalanan. Bahwa kita tak selalu harus tahu kemana arah hidup ini akan membawa. Pertanyaan "What was I made for?" adalah valid. Justru dengan mempertanyakannya, kita dapat lebih reflektif dan lebih menghargai proses menemukan jawaban.
Pesan Universal dalam Kehilangan Arah
"What Was I Made For?" adalah pengingat bahwa kita tidak sendiri dalam perasaan kehilangan arah. Banyak orang di luar sana juga sedang berjuang menemukan makna hidupnya. Lagu ini memberikan ruang untuk mengakui dan menerima perasaan-perasaan sulit. Bahwa kegalauan, kebingungan, dan ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan.
Keberhasilan lagu ini di Grammy Awards menunjukkan betapa kuatnya pesan yang disampaikan. Lagu ini tak hanya memikat telinga, tapi juga menyentuh hati. "What Was I Made For?" menjadi semacam teman di saat kita merasa paling rapuh dan sendirian. Ia menawarkan validasi atas perasaan kita dan mendorong kita untuk terus mencari, bahkan ketika kita merasa kehilangan jalan.
Dengan lirik yang jujur dan melodi yang menghanyutkan, "What Was I Made For?" lebih dari sekadar soundtrack film. Ia adalah anthem bagi siapapun yang pernah merasa kehilangan arah, sebuah ajakan untuk merenungkan makna hidup, dan pengingat bahwa kita tak sendiri dalam perjalanan mencari jati diri.