Kasus tragis yang melibatkan seorang selebgram dan model asal Semarang, Zhafira Devi Liestiatmaja, menggemparkan publik. Nama Zhafira mencuat bukan karena prestasinya di dunia maya, melainkan karena perbuatan keji: membunuh dan membuang bayinya sendiri. Mari kita telaah lebih dalam kisah pilu ini.
Profil Singkat Zhafira Devi
Zhafira Devi Liestiatmaja, diketahui sebagai mahasiswi Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Di luar kesibukannya sebagai mahasiswa, Zhafira aktif sebagai selebgram dan model. Ia kerap kali menerima endorsement produk kecantikan dan fashion. Gaya hidupnya yang glamor dan kemampuannya berpose di depan kamera kerap menjadi sorotan di media sosial. Namun, siapa sangka, di balik gemerlap dunia maya, tersimpan sebuah tragedi mengerikan.
Kronologi Kejadian di Bali
Pada Minggu, 15 Oktober 2023, Zhafira dan pacar barunya, seorang warga negara Singapura, menginap di sebuah hotel di kawasan Legian, Bali. Dini hari, Zhafira merasakan sakit perut yang luar biasa. Ternyata, ia mengalami proses persalinan di toilet hotel sekitar pukul 08.00 WITA. Panik dan kalut, Zhafira mencoba menghilangkan jejak dengan memasukkan bayinya ke dalam kloset. Usaha itu gagal, dan bayi malang tersebut meninggal dunia. Dalam kepanikan yang semakin menjadi, Zhafira kemudian membuang jasad bayinya di area parkir premium Bandara Ngurah Rai.
Also Read
Motif yang Mengiris Hati
Setelah ditangkap pihak berwajib, Zhafira mengakui perbuatannya. Motifnya adalah rasa takut dan kepanikan yang mendalam. Ia mengaku khawatir jika pacar barunya mengetahui kehamilannya. Lebih jauh, Zhafira mengakui bahwa ia sering berganti pasangan dalam hubungan seksual, sehingga ia tidak yakin siapa ayah biologis dari bayi tersebut. Pengakuan ini membuka tabir sisi gelap kehidupan Zhafira dan menggugah pertanyaan tentang nilai-nilai moral yang ia anut.
Lebih dari Sekadar Kasus Kriminal
Kasus Zhafira Devi bukan sekadar catatan kriminal. Ini adalah sebuah tragedi yang melibatkan rasa takut, kepanikan, dan hilangnya nyawa seorang bayi tak berdosa. Ini juga menjadi potret buram dari gaya hidup sebagian anak muda zaman sekarang yang abai akan nilai-nilai moral dan tanggung jawab. Ironisnya, di tengah perjuangan banyak pasangan untuk mendapatkan keturunan, justru ada tindakan keji menghilangkan nyawa buah hati sendiri.
Refleksi dan Pembelajaran
Tragedi ini seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Kasus ini menegaskan betapa pentingnya pendidikan seksualitas yang komprehensif, nilai-nilai moral, serta dukungan sosial bagi anak muda. Generasi muda perlu dibekali dengan pemahaman yang benar tentang kesehatan reproduksi, konsekuensi dari pergaulan bebas, serta cara mengatasi masalah dengan bijak.
Kisah Zhafira Devi adalah pengingat bahwa di balik gemerlap media sosial, seringkali tersimpan kisah-kisah pilu yang perlu kita jadikan pelajaran. Mari kita ambil hikmah dari tragedi ini, dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik dan bertanggung jawab bagi generasi penerus.